Arsip untuk Januari, 2013

28
Jan
13

Tiga Mahasiswa Kena Tipuuuu!!

Gara-gara lihat pedagang asongan di bis kota pagi tadi yang nawarinnya begitu gigih, persis orang MLM lagi presentasi produknya, saya jadi ingat kejadian bertahun-tahun silam semasa kuliah dengan dua sahabat terbaik saya. Ini sebetulnya aib kami, tapi justru berkesan dan cerita-cerita konyol macam ini yang membuat persahabatan kami utuh sampai detik ini….ketika rambut mulai beruban…halaaahh…

Ceritanya berawal ketika semasa kuliah, saya dan dua sahabat saya, Diwank dan Nana, tergugah untuk menjadi pemuda pemudi mandiri secara finansial, cieee cieeee…Kala itu, kami sudah mulai menginjak semester akhir, jadi beban jam kuliah agak sedikit berkurang, kebetulan juga memasuki masa liburan akhir semester yang lumayan panjang. Biasanya, yang sudah-sudah, liburan semester kami manfaatkan untuk segiat-giatnya berkegiatan organisasi sampai persiapan jambore menyambut mahasiswa baru. Maklum, cakep-cakep eh caur-caur gini kami aktivis-lah di kampus :).  Tapi kali itu kegiatan organisasi agak lowong, urusan jambore sudah dipegang junior. Jadilah kami kepikiran untuk mengisi waktu luang dengan bekerja paruh waktu, intinya bisa menghasilkan uang sendiri buat jajan somay.

Mulailah kami cari-cari info pekerjaan paruh waktu, entah gimana ceritanya saya tiba-tiba melihat iklan baris di Koran. Kira-kira garis besarnya begini bunyi iklannya, “Pekerjaan paruh waktu, penghasilan menjanjikan. Bisa dikerjakan dirumah. Cocok untuk mahasiswa, ibu rumah tangga, dan karyawan. Untuk informasi hubungi: xxxxx, atau datang ke alamat: xxx.”

Karena semangat menggelora saya lantas menghubungi nomor telepon yang tertera. Di seberang sana, suara perempuan ramah menyapa. “Pekerjaannya apa ya mba?,” Tanya saya setelah sebelumnya berbasa-basi. “Cuma input data mba, jadi bisa dikerjakan dirumah, cocok buat mba yang mahasiswi,” jawabnya dengan gaya ala tukang obat. “Input data apa ya mba?,” Tanya saya lagi sok kritis. “Data apa aja mba, pokoknya gampang deh, dateng aja langsung kekantor sini,” jawabnya jualan banget lagi. “Boleh bawa kawan?,” Tanya saya lagi. “Ooo boleh banget mba, ajak aja yang banyak,” katanya semangat. Dan setelah kejadian ini berakhir, saya baru tahu kenapa dia semangat banget nyuruh saya datang membawa sebanyak-banyaknya kawan.

Oke, akhirnya, saya segera menghubungi dua sahabat saya, karena iming-iming ‘kerjaaa, dapet duiiittt’,  tanpa perdebatan mereka setuju untuk datang langsung ke alamat kantor dimaksud. “Besok jam 1 ketemuan di PS ya,” komando saya. “Siaapp,” jawab keduanya sigap. Eits, jangan salah, PS yang dimaksud bukan Plasa Senayan, PS adalah warteg tempat tongkrongan saya dan kawan-kawan kuliah, yang berarti Pinggir Sungai.

Hari yang ditentukan tiba, kami dandan rapih (yaahh nggak rapih-rapih amat sih) bergegas berangkat dengan bis kota, maklum masih jaman susah, belum ngetren punya motor. Dari Jakarta selatan menuju Jakarta Barat, trayek bis yang panjang kami nikmati dengan ber-haha-hihi sepanjang jalan.

Setibanya di alamat dimaksud kami agak bingung cari gedungnya, sambil beli gorengan sambil kami tanya ke tukang gorengan. Tanpa bingung, si abang gorengan langsung mengarahkan kami ke gedung dimaksud, lengkap dengan keterangan belokan dan tanjakannya, saking pahamnya si abang.  ‘Beuh populer juga ini gedung,’gumam kami. Tak jauh dari jalan masuk, kami menemukan gedung dimaksud, lebih tepatnya ruko. Belum masuk udah berasa aneh, ruko kecil tanpa plang nama usaha dan begitu ramai orang lalu lalang. Begitu masuk, keanehan makin terasa, begitu banyak orang tampak sedang menunggu, entah menunggu apa. Dan tampilan kami yang ‘gaya’ mahasiswa ini ternyata mengundang perhatian. Hampir semua orang menatap kami dari ujung rambut sampai kaki. “Perasaan gw gak enak nih,” kata saya. “Kok kita diliatin kayak orang aneh sih,” sambut nana. “Lanjut nggak nih?,” tanya Diwank. Dan kami sepakat, lanjut ajalah, nanggung udah jauh-jauh.

Tiba-tiba seseorang menyambut kami ramah, dan segera menggiring kami ke lantai 2. KTP kami diminta untuk data tamu, karena feeling nggak enak, kami hanya menyerahkan Kartu Mahasiswa, yah setidaknya di kartu mahasiswa tidak tertera alamat lengkap rumah kami. “Silahkan masuk ruangan untuk mendengarkan presentasi,” jelas si mba resepsionis. Tanpa sempat bertanya kami langsung diminta masuk ruangan. Daaann, kami makin yakin ada yang tidak beres. Apalagi semua yang hadir di ruangan itu, maaapp, kebanyakan berpenampilan macam orang desa baru masuk kota, mukenyee lugu-lugu bener. Cara berpakaian pun agak nggak nyambung.

Belum sempat mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba sesosok manusia dengan semangatnya menyapa seisi ruangan. “Sebelum saya mulai, kalau ada di antara Anda yang ragu lebih baik keluar sekarang. Karena setelah saya mulai ruangan akan saya kunci dan tidak ada satupun yang bisa keluar,” ujarnya. Belum sempat ada yang menjawab, ia lantas mengunci pintu dan berkata, “Baiklah, berarti Anda semua siap sukses.” Dan kami bertiga hanya saling beradu pandang, sambil menelan ludah  plus bersiap tombak di tangan….;)

Belum-belum si  bapak presentator itu lantas menampilkan foto-foto dirinya bersama vila, rumah, mobil yang diakui sebagai miliknya. Dengan gaya pakaian yang nggak nyambung, bayangin nih  jas motif kotak-kotak, celana coklat dan kemeja kuning (kuning karena pudar lebih tepatnya sodara sodara), rasanya susah juga percaya orang ini kaya raya.  Kalau kaya, dia pasti nyewa desainer plus beli mesin jahitnya sendiri.

“Anda mau punya rumah, mobil dan vila seperti saya?, mudah saja, begini caranya….” And here we gooooo, dia mulai presentasi produk yang harus dijual, plus sistem bagi hasil ala MLM. Dan kami bertiga sudah bersiap ngelempar bom molotov di tangan masing-masing biar mahkluk itu diaaammmm. Pertama, produknya yang dijual nggak jelas apa, mulai dari pulpen, obat, dan kawan-kawannya lah saya lupa. Kedua, kasihan ini orang-orang daerah yang baru merantau mau ditipu diiming-iming kekayaan. Eh, kami bertiga juga kena tipu sih, hahahahaha.

Ada kali 2 jam pria itu nyerocoosss jualan mimpi, sampe berbusa-busa. Sepanjang dia ngomong, saking keselnya, kami nggak berhenti senyum nyinyir, sambil cekikan sendiri. Saking kesalnya, dia lantas menegur kami, “Ada yang ingin ditanyakan mba mas?,” ujarnya ketus. Dalam benak kami, debat sama orang model gini yang ada kesel sendiri doank. Jadilah kami menggeleng sambil menahan ketawa, untungnya, karena kesal akhirnya dia mengakhiri presentasinya. Dan tanpa ancang-ancang, kami langsung kabur keluar sambil menahan tawa.

Sampai di luar gedung, kami tertawa sejadi-jadinya. Pertama, menertawakan si bapak presentator yang ajaib itu. Kedua, menertawakan diri sendiri, kok bisa mahasiswa yang katanya aktivis ini kena tipu usaha MLM. Maluuuuu…..

Pantas saja saya ditawari untuk ajak kawan sebanyak-banyaknya.

Setelahnya, kami memutuskan kembali ke kampus, dan menertawakan nasib sambil menikmati sepiring nasi di Warteg PS.

Beberapa saat setelah kejadian itu, saya akhirnya tahu, tempat  yang kami datangi itu, memang sudah terkenal sebagai sarang MLM. Nggak sedikit yang jadi korban, termasuk mahasiswa….aahhh legaaaaa…bukan cuma kami yang bloon ternyata…hahahaha

Sampai detik ini, tiap kami bertiga kumpul, cerita itu selalu jadi lelucon yang nggak pernah berkurang kadar kelucuannya. Niat cari duit malah nyasar di sarang penyamun….hahaha…tapi setidaknya lewat kejadian-kejadian konyol macam ini, persahabatan kami bisa utuh sampai hari ini. Beda pendapat, kesel, marah, itu cuma jadi bumbu pemanis. Ketika usia bertambah menuntut kami makin dewasa dan pengalaman hidup membuat hubungan kami semakin rekat…cieeeeeeee…




Kategori